Kupas Tuntas Potensi Design Animasi Indonesia Bersama Ryan Adriandhy
BINUS Graduate Program tak hanya memberikan perkuliahan di ruang kelas yang dibekali fasilitas mumpuni, tapi juga melakukan kerja sama dengan narasumber terkait. Baru-baru ini program studi Master of Design BINUS University mengadakan talk show bertemakan Fusing Design Excellence with Entrepreneurial Mastery yang mengundang narasumber ternama dari industri animasi Indonesia, Ryan Adriandhy, S.Ds., MFA..
Dalam acara tersebut, Ryan membahas mengenai potensi, tantangan, miskonsepsi di ranah animasi, serta bagaimana design thinking mempengaruhi bisnis. Agar lebih jelas, simak selengkapnya di sini!
Profil Narasumber Fusing Design Excellence with Entrepreneurial Mastery
Ryan Adriandhy adalah seorang Head of Animation Development di Visinema Studios. Ia telah menjalankan perannya di rumah produksi tersebut sejak 2019 hingga sekarang. Sebelumnya, Ryan mengawali kariernya dengan menjadi stand up comedian pada 2011 dan turut menjadi pendiri komunitas StandUpIndo.
Selain menjadi komika, Ryan juga punya background kuat di bidang desain karena dirinya berhasil menyelesaikan studi dengan mengambil program studi Desain Komunikasi Visual di BINUS University International pada 2012. Tiga tahun setelahnya, ia mendapatkan beasiswa Fulbright untuk menempuh S2 dengan mengambil Film & Animation di Rochester Institute of Technology, New York.
Review Potensi dan Tantangan Industri Animasi Indonesia
Potensi industri animasi di Indonesia sebenarnya sangat besar karena saat ini masih sedikit sekali film ramah anak dan keluarga buatan anak bangsa. Persentase film animasi yang dirilis di bioskop per tahunnya bahkan tak mencapai 1 persen. Itulah yang melatarbelakangi Visinema Studios bersama Ryan Adriandhy ingin berkonsentrasi di ranah tersebut.
Tantangan dalam menciptakan film animasi mungkin menitikberatkan pada kepekaan animatornya. Berbeda dengan film live action, animator adalah aktor utama dalam film animasi karena ia yang harus menghadirkan rasa dan ekspresi pada setiap karakternya. Karena itu, seorang animator film wajib memiliki lima skill utama, yaitu empathize, define, ideate, testing.
Membantah Miskonsepsi soal Animasi di Tanah Air
Meski film ramah anak dan keluarga, khususnya animasi Indonesia masih sangat sedikit, tetapi potensi dalam hal ini sebenarnya bisa digali lebih jauh lagi. Visinema Studios bersama Ryan Adriandhy sendiri telah berhasil merilis serial dan film animasi, di antaranya Domikado (2022) dan Jumbo (2022).
Sedikitnya persentase tontonan ramah anak di Indonesia sebenarnya tidak berbanding lurus dengan antusiasme penonton. Hal ini terbukti dari aktivitas lain yang dilakukan Visinema Studios saat perilisan film dan serial animasi mereka yang menyelenggarakan on-ground activities dan live puppet show yang ramai diikuti oleh anak-anak tanah air.
Berbagi Best Practices Membuat Animasi
Film animasi tidak hanya soal kartun dan kegiatan konyol yang dilakukan oleh setiap karakternya, tapi justru melibatkan perasaan manusia secara lebih dalam. Seorang animator umumnya mengeksplorasi lima rasa primal, yaitu rasa alamiah mendasar yang biasanya dimiliki makhluk hidup termasuk manusia.
Lima rasa primal tersebut yaitu marah, sedih, bahagia, jijik, dan terkejut. Dengan memahami lima emosi tersebut dalam pengamatan sehari-hari maupun saat membuat karakter dalam filmnya, karya Anda akan terasa relevan di hati penonton. Dua contoh film animasi yang memainkan kelima rasa primal tersebut adalah Toy Story (1995) dan My Neighbor Totoro (1988).
Mempelajari Design Thinking untuk Bisnis Kreatif
Bicara tentang design thinking, Ryan Adriandhy banyak menaruh poin penting pada empat skill yang harus dimiliki oleh seorang designer, yaitu empathize, define, ideate, testing. Emphasize meliputi pengalaman penuh empati yang menantang asumsi, sedangkan define adalah proses menganalisis hasil pengamatan tersebut. Sementara itu, ideate adalah proses eksplorasi solusi hingga akhirnya testing untuk memperoleh solusi terbaik.
Tidak cukup mempelajari skill tersebut, menerapkan design thinking untuk bisnis kreatif juga harus melibatkan kemampuan storytelling yang baik. Karya desain yang diperkaya dengan storytelling biasanya akan memiliki hasil yang lebih mengena ke hati audiens sehingga brand tidak akan ditinggalkan konsumen.
Bagi Anda yang ingin memperdalam pengetahuan dan pengalaman di bidang desain, BINUS University punya program studi Master of Design. Tidak hanya memberikan pengajaran yang mumpuni di kelas, BINUS University juga menawarkan banyak kesempatan belajar soal tren industri animasi Indonesia dan bidang desain lainnya dari ahlinya secara langsung seperti yang dilakukan bersama Ryan Adriandhy dari Visinema Studios kali ini. Cari tahu lebih lengkap seputar program studi BINUS Graduate Program dengan mengunjungi link berikut!
Comments :