Pada 24 Mei 2025, Master of Design (Magister Desain) BINUS University kembali menghadirkan sosok inspiratif yang dikenal melalui filosofi slow living — gaya hidup yang menekankan keseimbangan, kesadaran, dan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ibu Ukke R. Kosasih merupakan wirausahawan sosial yang berhasil memadukan kreativitas kerajinan tangan dengan nilai keberlanjutan dan pemberdayaan komunitas. Berbekal latar belakang antropologi serta pengalaman profesional di dunia korporat, beliau kemudian mendirikan Circa Handmade, sebuah usaha kerajinan yang tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga membuka peluang kerja dan menumbuhkan gaya hidup yang lebih bermakna serta berkualitas.

Dalam materinya, Ibu Ukke R. Kosasih membagikan topik bertajuk “Intuitive Design.” Sebagai seseorang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan desain, setiap rancangan yang beliau hasilkan lahir dari proses “mengikuti intuisi” — sering kali tampak spontan, tanpa rencana, dan sangat mengandalkan “bisikan hati.” Namun, menurutnya, intuisi bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Intuisi tumbuh dari kemampuan untuk mengenal diri, mendengarkan dengan penuh kesadaran, mendefinisikan tujuan secara jernih, menghargai setiap proses, serta memanfaatkan pengalaman, bahkan yang sekilas tampak tidak saling berhubungan. Seluruh kemampuan inilah yang membentuk perspektif unik seseorang dalam merancang, menjadikan desain bukan hanya hasil berpikir logis, tetapi juga wujud dari kedalaman rasa dan pemahaman diri.

Karena itu, setiap karya yang dihasilkan akan selalu bersifat subjektif, personal, dan unik — memiliki karakter yang mencerminkan perjalanan, pengalaman, serta nilai dari sang perancang. Di era yang “serba template” dan “serba instan” seperti sekarang, kita sering kali lupa bagaimana cara merayakan keunikan dan keberagaman. Padahal, Bumi sebagai ekosistem tempat manusia menjadi bagian di dalamnya, sesungguhnya “dirancang” penuh keragaman agar dapat saling melengkapi dan bertahan. Maka, pertanyaan yang muncul: mengapa kita justru digiring untuk menjadi seragam dan tergesa? Oleh siapa, dan untuk tujuan apa?

Bagi Bu Ukke, setiap perspektif dan nilai yang hadir dalam proses berkarya adalah bentuk keberpihakan — sebuah pernyataan visual yang memiliki kekuatan persuasi lebih besar dibanding kata-kata. Menggambar, pada hakikatnya, merupakan kemampuan manusia yang muncul jauh sebelum menulis; ia adalah bahasa bawaan sejak lahir — it’s in our blood. Tak heran jika hingga kini, bahasa visual terus berevolusi, dari coretan di dinding gua hingga bentuk komunikasi modern seperti emotikon dan stiker digital, yang tetap menjadi ekspresi paling jujur dari perasaan manusia.

Setiap karya yang dihasilkan oleh Bu Ukke R. Kosasih melalui Circa Handmade merefleksikan filosofi slow living dan intuitive design yang ia jalani. Setiap jahitan, bentuk, dan detail dalam karyanya bukan sekadar hasil keterampilan tangan, tetapi juga perwujudan nilai-nilai kehidupan yang penuh kesadaran. Ia percaya bahwa kerajinan tangan bukan hanya tentang produk akhir, melainkan tentang perjalanan batin pembuatnya — bagaimana kesabaran, keheningan, dan keikhlasan membentuk keindahan yang autentik.

Melalui pendekatan ini, Bu Ukke tidak hanya menghadirkan karya yang estetis, tetapi juga menghidupkan kembali makna proses dalam berkarya: menghormati waktu, menghargai ketidaksempurnaan, dan menanamkan empati dalam setiap helai kain yang dijahit. Berikut adalah beberapa portofolio karya yang mencerminkan perjalanan tersebut — manifestasi dari nilai, rasa, dan waktu yang dirangkai menjadi cerita visual penuh makna.

Bagi mahasiswa Master of Design (Magister Desain) BINUS University, pengalaman ini menjadi sumber inspirasi yang berharga. Proses merancang tidak hanya bergantung pada kerangka berpikir yang sistematis atau penerapan ilmu desain yang tepat, tetapi juga pada kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui pendekatan ini, mahasiswa diajak untuk memahami bahwa desain bukan sekadar menciptakan bentuk yang estetis, melainkan juga membangun koneksi dengan kehidupan nyata — mencakup aspek sosial, ekologis, dan ekonomi. Dengan kesadaran tersebut, karya desain yang dihasilkan dapat diterima dan memberi dampak positif di berbagai lapisan kehidupan, masyarakat, dan konteks budaya.