Maraknya penggunaan teknologi generative AI dalam industri desain menimbulkan kekhawatiran terkait etika dan orisinalitas karya. Teknologi tersebut memang mampu menghasilkan visual yang menakjubkan, tetapi apakah hasilnya tetap memiliki nilai orisinalitas yang tinggi? Inilah tantangan yang perlu dijawab oleh para desainer masa depan.

Untuk membekali para desainer dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara desain, budaya, dan teknologi, BINUS Graduate Program mengadakan Master Class bertajuk “Desain = Kultur + Teknologi”. Acara ini diadakan pada tanggal 11 Januari 2025 di Faculty Lounge Lantai 8 BINUS @Kemanggisan, Kampus Anggrek, dan menghadirkan narasumber utama Prof. Dr. Dra. Mita Purbasari Wahidayat, M.F.A.

Profil Narasumber

Prof. Dr. Dra. Mita Purbasari Wahidayat, M.F.A. adalah guru besar tetap BINUS University di bidang Ilmu Budaya Visual. Ia menyelesaikan studi doktoralnya di Institut Seni Yogyakarta, Indonesia, serta memperoleh gelar Magister dari Academy of Art University di San Francisco, Amerika Serikat. 

Pengalamannya di dunia desain grafis diawali dengan bekerja di berbagai agensi desain grafis sebelum akhirnya memilih untuk fokus di bidang akademik pada tahun 1999. Pada tanggal 2 Desember 2024, ia resmi dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Budaya Visual di BINUS University.

Sorotan Utama Desain = Kultur + Teknologi

Dalam seminar tersebut, Prof. Mita menekankan bahwa desain dan kultur merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perubahan tren dalam dunia desain selalu mengikuti perkembangan teknologi dan perubahan budaya masyarakat, termasuk dalam meningkatnya popularitas generative AI.

Teknologi generative AI saat ini memang memberikan kemudahan bagi desainer dalam menghasilkan berbagai visual sesuai keinginan. Namun, teknologi ini tidak dapat menggantikan proses riset mendalam yang menjadi kunci dalam menciptakan karya yang orisinal. Dengan kata lain, Prof. Mita mengingatkan bahwa AI cenderung mengulang pola visual yang sudah ada. 

Oleh sebab itu, desainer perlu melakukan riset mendalam dan memahami budaya agar hasil karya yang dihasilkan benar-benar orisinal. Misalnya, proses riset melalui kunjungan langsung ke masyarakat yang menjadi subjek karya, dan sebagainya.

“Walaupun sekarang sudah ada model-model AI yang bisa menghasilkan karya visual dengan gaya yang beragam sesuai keinginan, kita tetap harus bisa kritis karena peran desainer adalah kreator. Jadi, artinya dia harus bisa unik dan berbeda dari yang lain,” jelas Prof. Mita saat menyampaikan materinya.

Harapan Acara Master Class Desain = Kultur + Teknologi

Acara Master Class Design dari program S2 Desain BINUS University tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru, tetapi juga mendorong generasi muda agar lebih terbuka dalam menghadapi tantangan yang dibawa oleh teknologi AI. Melalui seminar ini, Prof. Mita berharap para desainer masa depan tetap dapat mempertahankan orisinalitas karya mereka sambil membuka diri terhadap berbagai sudut pandang baru dalam desain. “Saya berharap kita semua mau maju terus. Anak-anak muda cenderung terpaku pada satu solusi yang sudah ditemukan, seperti A, tanpa mau mempertimbangkan alternatif solusi lain,” tutur Prof. Mita.

Semangat untuk memberdayakan masyarakat demi memajukan bangsa, termasuk melalui ekonomi kreatif, sejalan dengan visi BINUS University dalam membekali mahasiswanya menghadapi dunia yang terus berkembang. Dengan mengadakan seminar ini, Master of Design BINUS Graduate Program menunjukkan komitmennya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi guna mencetak desainer-desainer kreatif yang mampu bersaing di tingkat global dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.